Mahasiswa Isdik Kie Raha Malut, Bung Barli Rano: Krisis Pendidikan di Tengah Revolusi Tambang Ternate, KoranMalut.Co.Id - Revolusi tambang ...
Mahasiswa Isdik Kie Raha Malut, Bung Barli Rano: Krisis Pendidikan di Tengah Revolusi Tambang
Ternate, KoranMalut.Co.Id - Revolusi tambang tengah terjadi di berbagai tempat di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang, dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Namun, meskipun sektor tambang memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi, ia juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendidikan. Krisis pendidikan di tengah revolusi tambang menjadi masalah yang semakin nyata, dan semua pihak harus mengambil tindakan serius untuk mengatasi masalah ini. Meskipun sektor tambang menawarkan banyak lapangan pekerjaan, hal itu seringkali berisiko mengorbankan kualitas pendidikan, pertumbuhan sumber daya manusia, dan kesejahteraan generasi masa depan. Pada Jumat, (14/3/2025)
Dampak Ekonomi Sektor Tambang terhadap Pendidikan:
Revolusi tambang menggerakkan ekonomi, terutama di wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Pengelolaan tambang dapat meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan pekerjaan, dan menarik investasi. Namun, di balik keuntungan ekonomi tersebut, ada masalah besar yang perlu ditangani. Salah satunya adalah sistem pendidikan yang belum diperbarui untuk memenuhi tuntutan zaman." Ucap Bung Barli Rano
Banyak daerah yang bergantung pada industri tambang untuk menopang perekonomian. mereka cenderung mengabaikan pentingnya pendidikan yang berkualitas. Ketergantungan pada sektor tambang ini sering menyebabkan kurangnya perhatian terhadap pengembangan sektor pendidikan. hasil, sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mendukung kemajuan teknologi dan inovasi di masa depan tidak tercapai.
Seringkali, pekerja tambang tidak memiliki tingkat pendidikan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan global. Di sisi lain, sebagian besar masyarakat yang bekerja di industri ini tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan lebih tinggi karena fokus mereka lebih pada mencari nafkah di industri tambang. Hal ini menghasilkan lingkaran hitam yang menghambat pertumbuhan masyarakat dan wilayah.
Tantangan Pendidikan dalam Kurikulum di Era Revolusi Tambang:
Sekolah-sekolah di daerah penghasil tambang biasanya mengajarkan keterampilan teknis dan praktis untuk mendukung industri tambang, tetapi kurang memperhatikan keterampilan berpikir kritis, inovasi, dan kreativitas. Mereka lebih fokus pada kebutuhan jangka pendek pasar tenaga kerja sektoral.
Seringkali, pendidikan yang berfokus pada kebutuhan pasar tambang tidak sesuai dengan kemajuan teknologi atau dunia global yang lebih luas. Keterampilan berbasis teknologi dan pemikiran kritis sangat penting di era digital dan revolusi industri 4.0. Namun, banyak sistem pendidikan di daerah tambang gagal memasukkan hal-hal ini ke dalam kurikulum mereka. Negara-negara yang menghasilkan tambang dan negara-negara yang lebih maju akan mengalami ketimpangan dalam kemampuan karena kurangnya pendidikan berbasis teknologi.
Sistem pendidikan akan kehilangan peluang untuk bersaing secara global jika tidak segera disesuaikan. Mereka adalah generasi muda yang seharusnya menggerakkan pembangunan. Mereka tidak hanya akan terjebak dalam lingkaran pekerjaan yang monoton, tetapi mereka juga akan tertinggal dari kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Eksodus Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya pada Pendidikan:
Di antara dampak sosial yang sering terjadi di wilayah yang menghasilkan tambang adalah eksodus besar-besaran tenaga kerja terdidik. Sebagian besar dari mereka memilih untuk bekerja di sektor tambang karena gaji yang lebih tinggi dan kesempatan kerja yang lebih menarik. Hal ini menyebabkan kurangnya tenaga pengajar dan profesional di sektor pendidikan. Akibatnya, kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah-sekolah di daerah tersebut menurun." Jelasnya
Pendidikan di wilayah yang menghasilkan tambang akan menjadi kurang efektif karena kekurangan guru berkualitas. Siswa di daerah ini juga akan dirugikan karena tidak memiliki akses pendidikan yang setara dengan siswa di daerah lain. Mereka mungkin kehilangan kesempatan untuk berkembang secara maksimal, terutama dalam hal keterampilan hidup, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Selain itu, eksodus tenaga kerja yang terdidik memiliki potensi untuk meningkatkan ketimpangan sosial. Daerah yang memiliki banyak sumber daya alam akan menjadi lebih kaya, sementara daerah yang tidak memiliki banyak bisnis besar akan menjadi lebih tertinggal. Ketidaksesuaian ini akan berdampak pada kualitas hidup, peluang kerja, dan akses pendidikan yang lebih baik.
Kurangnya fasilitas pendidikan yang tidak memadai:
Dalam banyak kasus, revolusi tambang yang cepat seringkali disertai dengan ketidakmampuan pemerintah daerah untuk membangun infrastruktur yang memadai, termasuk infrastruktur pendidikan, meskipun pendapatan daerah meningkat. Dana yang tersedia biasanya lebih banyak difokuskan pada pengembangan industri tambang dan infrastruktur pendukung lainnya daripada pada pendidikan.
Di bawah kondisi ini, sekolah-sekolah di wilayah tambang sering kali tidak memiliki fasilitas dasar seperti ruang kelas yang layak, perangkat pendidikan, dan akses internet yang memadai. Banyak institusi pendidikan tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan teknologi pendidikan kontemporer atau membuat kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan masa depan. Hal ini semakin menurunkan kualitas pendidikan dan menjauhkan siswa dari kemampuan mereka untuk bersaing di dunia global." Ujar Bung Barli Mahasiswa Isdik Malut
Peran Pemerintah dan Kebijakan Pendidikan yang Berkelanjutan:
Kebijakan pendidikan yang berkelanjutan dan inklusif diperlukan untuk mengatasi krisis pendidikan di tengah revolusi tambang. Pemerintah harus berkomitmen untuk memastikan pertumbuhan sektor tambang tidak mengorbankan kualitas pendidikan. Mengalokasikan sebagian dari keuntungan dari sektor tambang untuk membangun infrastruktur pendidikan, memberikan pelatihan guru, dan meningkatkan kualitas kurikulum adalah salah satu tindakan yang dapat diambil." Paparannya
Selain itu, kerja sama antara sektor pendidikan dan tambang sangat penting. Perusahaan tambang dapat membantu pendidikan dengan memberikan pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Ini dapat mencakup pelatihan dalam bidang teknologi, manajemen, dan pengembangan keterampilan lainnya yang akan meningkatkan nilai bagi tenaga kerja di sektor tambang dan industri lainnya.
Mendorong Pendidikan Yang Berbasis Inovasi Dan Teknologi:
Di era revolusi industri 4.0, sangat penting bagi generasi muda yang tinggal di daerah penghasil tambang untuk memiliki keterampilan teknologi dan inovasi selain keterampilan manual. Sekolah-sekolah di daerah tambang harus menyertakan pendidikan berbasis teknologi, yang mencakup coding, pembelajaran digital, dan keterampilan teknis lainnya. Oleh karena itu, siswa tidak hanya memiliki kemampuan untuk bekerja di industri tambang, tetapi mereka juga memiliki kemampuan untuk berkontribusi pada sektor teknologi yang semakin berkembang.
Kesimpulan:
Meskipun revolusi tambang meningkatkan ekonomi, ia juga menyebabkan masalah pendidikan yang tidak dapat dihindari. Ketergantungan yang berlebihan pada industri tambang memiliki banyak konsekuensi, termasuk kurangnya perhatian terhadap sektor pendidikan, terbatasnya akses ke pendidikan berkualitas tinggi, dan peningkatan ketimpangan sosial. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor industri, dan masyarakat untuk menciptakan kebijakan yang mendukung pendidikan yang inklusif, berbasis teknologi, dan relevan dengan kebutuhan masa depan. Akibatnya, revolusi tambang dapat diikuti oleh kemajuan pendidikan, yang akan menghasilkan sumber daya manusia. yang lebih baik dan mampu bersaing di tingkat global." Tutup Barli.
Tidak ada komentar