Grid

GRID_STYLE

Breaking News

latest

Seorang Siswi SD inpres Holbota Diduga Dianiaya, Begini Penjelasan Sekolah

TALIABU, KoranMalut.Co.Id - Seorang siswi Sekolah Dasar (SD) Inpres Holbota, Pulau Taliabu, Maluku Utara (Malut) diduga menjadi korban penga...


TALIABU, KoranMalut.Co.Id - Seorang siswi Sekolah Dasar (SD) Inpres Holbota, Pulau Taliabu, Maluku Utara (Malut) diduga menjadi korban penganiayaan. 

Korban bernama Jein Septy Pratiwi (7 tahun), dilaporkan mendapat hantaman oleh teman-temanya di sekolah. 

Keluarga korban menyampaikan bahwa, para siswa-siswi memukul korban atas perintah salah satu guru. 

Pihak keluarga tidak menerima baik hingga melaporkan masalah ini ke Polsek Taliabu Barat. 

Tudingan ini dibantah oleh Kia, guru yang berpiket waktu itu. Kia menjelaskan kronologi yang disampaikan tidak benar. 

Ia menegaskan, tidak ada tindakan terkait dengan penganiayaan terhadap siswi yang dimaksud. 

Kia menyampaikan, pihak sekolah telah mengatur beberapa kesepakatan atas keinginan orang tua murid. 

Diantaranya, siswa-siswi dilarang main HP meski bukan diwaktu sekolah, tidak boleh mandai pantai, tidak boleh alpa dan tidak boleh berkeliaran di malam hari. 

"Misalnya jangan mandi air laut, karena ada buaya, dan semuanya ini orang tua murid yang minta penegasan dari sekolah sehingga kami lakukan," tegas Kia. 

Kia juga menyampaikan, murid yang diberikan sanksi berjumlah 8 orang termasuk korban. 

"Saya melihat pada malam hari ada 3 murid saya yang main HP tapi bukan korban, nah pada saat jam sekolah saya panggil mereka 3 orang ini untuk maju di depan. Namun karena korban mungkin merasa bersalah dia juga ikut maju bukan atas perintah saya yang panggil," cetusnya. 

Kia juga meluruskan pernyataan orang tua korban yang mengatakan anaknya dipukul oleh seluruh siswa-siswi. 

"Yang dibilang semua murid pukul itu tidak benar. Hanya beberapa murid dan ini sebagai sanksi," jelasnya. 

Terpisah, Kepala Sekolah (Kepsek) SD Holbota, Marta Kristina Ngamel memberikan tanggapan. 

Menurut Marta, penerapan sanksi ini juga dibuat atas kehendak dari masyarakat untuk pengembangan pendidikan. 

"Kami atur anak-anak ini supaya mereka mengerti. Misalnya tegur anak-anak untuk jangan mandi air laut itu orang tua serahkan ke guru," ucapnya. 

Karena itu, Marta meminta para orang tua siswa-siswi agar dapat berkoordinasi dengan pihak sekolah terkait keluhan dari anaknya masing-masing.**(fr)

Tidak ada komentar