TOBELO, KoranMalut.Co.Id - Masalah yang terjadi di Puskesmas Salimuli Kecamatan Galela Utara Kabupaten Halmahera Utara (Halut) terkait deng...
TOBELO, KoranMalut.Co.Id - Masalah yang terjadi di Puskesmas Salimuli Kecamatan Galela Utara Kabupaten Halmahera Utara (Halut) terkait dengan Kepala Puskesmas (Kapus) Salimuli yang katanya memperjual belikan Obat TB dan Kusta kepada masyarakat serta memotong insentif Nakes ini mendapat tanggapan dari Kepala Puskesmas Salimuli Suminarti Bahrudin.
Kepala Puskesmas Salimuli Suminarti Bahrudin kepada sejumlah media menjelaskan bahwa obat TB dan Kusta jelas ada yang ditunjuk sebagai pengelola program. Dana kaitan pelayanan yang dilakukan terhadap obat-obatan tersebut tidak diperjualbelikan. "Informasinya sudah langsung di kroscek ke pasien yang menyebutkan obat itu dibelinya, dan ketika kami konfirmasi memang tidak ada uang yang diberikan. Artinya di kampung rasa kemanusiaan sangat tinggi tetapi itu bukan karena diminta tetapi masyarakatnya yang memberikan tapi yang jelasnya petugas tidak meminta," ujarnya.
Dijelaskannya, kaitan dengan insentif vaksinator merupakan kesepakatan diinteren. Dimana tim vaksinator ada 8 orang termasuk ketua vaksinator baik 1 dokter dan 7 tenaga lainnya. Sementara insentif mulai yang harus diterima mulai dari Februari Maret Juni dan Juli tetapi yang dibayarkan pertama baru dua bula, sementara pada Juni dan Juli dibayarkan pakai absensi yang diatur langsung oleh tim vaksinatir. "Yang berkembang disitu dilaporkan saya potong insentif dokter. Bukan dipotong tetapi ini dilakukan sesuai absensi kehadiran tim vaksinator, dan jelasnya bukan saya yang potong tapi mereka sendiri. Saya menilai ini tak sesuai dengan yang dilaporkan," jelasnya.
Ditambahkannya, pada bulan Maret sebelumnya, tim vaksinator diketahui sebanyak 5 orang, namun daerah dimintakan Kapus tambahkan 3 orang sehingga terbitlah SK baru. "Jadi untuk insentiv dari beberapa orang dilakukan dengan ketat sesuai kesepakatan tim vaksinator dimana yang tidak hadiri, insentifnya diberikan ke pengelola obat yang juga melaksanakan tugas yang sama sementara mereka aktif melaksanakan tugasnya," tambahnya.
Dikatakannya, intinya jika ada mengatakan tentang kapus salimuli berulah lagi, intinya tidak ternah mengeluarkan tenaga sukarela yang kerja di Puskesmas, namun tenaga sukarela yang sendirinya mogok. "Saat itu sudah panggil dan kami tidak tahu mogoknya apa. Kita ingin carikan solusi tapi tidak pernah datang sehingga dilakukan pemanggilan terakhir pada 22 September. Bagi kami informasi ini disebar secara sepihak dan kebenarannya masih diragukan. Namun kami juga melihat kemudian juga ada aksi dan menyebutkan ada mogok yang kemudian dikaitkan karena kematian yang meningkat, justru tidak seperti itu. Kampus juga membenarkan, bahwa ada kematian yang terjadi khususnya kematian bukan karena kelalaian kita," tutupnya.**(gf).
Tidak ada komentar