Amanah Upara : Staf Ahli DPR.RI / Akademisi UMMU Ternate. KoranMalut.Co.Id - Sajak 31 Mei 2003 Kecamatan Sanana dimekarkan menjadi Daerah Ot...
KoranMalut.Co.Id - Sajak 31 Mei 2003 Kecamatan Sanana dimekarkan menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB) oleh pemerintah pusat yang dinamai sebagai Kabupaten Kepulauan Sula. Diberinya nama tersebut karena Sula adalah negeri tiga pulau yakin pulau Sanana, Pulau Mangoli dan Pula Taliabu namun pada akhirnya Taliabu dimekarkan menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB) pada tanggal 12 Desember 2012. Sejak pemakaran Kabupaten Kepulauan Sula sampai 31 Mei 2021 berusia sudah 18 tahun memiliki dua orang bupati yakni: Pertama, Ahmad Hidayat Mus (AHM) yang menjadi bupati dua periode (2005-2015) wakil periode pertama Ridwan Syahlan dan pada periode kedua Safi Pauwah. Kedua, Hendrata Theis (HT) menjadi bupati hanya satu periode (2015-2021) karena tidak terpilih lagi menjadi bupati pada Pilkada 2020, wakilnya Zulfahri Abdullah.
Perjuangan pemekaran Kabupaten Sula diperjuangkan oleh tokoh-tokoh masyarakat Sula sejak tahun lima puluhan, namun baru dimekarkan tahun 2003. Tentunya tujuan dari pemekaran tersebut adalah agar masyarakat Sula hidupnya sejahtera, aman dan damai dengan menikmati pembangunan yang layak terutama dibidang infrastruktur, pendidikan, kesehatan, ekonomi, ketersediaan air bersih, ketersediaan listrik dan jaringan internet yang berkualitas, kehidupan sosial budaya dan agama yang baik, ketersediaan lapangan kerja, kemiskinan dan pengangguran dapat dikurangi. Namun sampai pada usia 18 tahun Kabupaten Kepulauan Sula, sebagian masyarakat belum menikmati pembangun yang memadai terutama di daratan Pula Mangoli seperti infrastruktur jalan, jembatan, dermaga, jaringan listrik dan internet. Fasilitas bandara Emalamo terutama rute pesawat yang belum dioptimalkan dengan baik. Ketersediaan Pelabuhan PELNI yang juga belum dioptimalkan. Sarana prasarana pendidikan dan kesehatan sebagian belum memadai. Serta lapangan pekerjaan yang belum tersedia, akibatnya melahirkan pengangguran dan kemiskinan.
Usia Sula yang ke-18 tahun tersebut, ibarat manusia adalah anak remaja yang sangat produktif, tidak sakit-sakitan, selalu sehat dan survaiv untuk maju dan menata masa depannya lebih baik. Namun di usia tersebut generasi muda Sula belum menjawab cita-cita para tokoh-tokoh pemekaran Sula. Tapi kita tidak boleh pesimis, harus optimis untuk menata masa depan Sula lebih baik. Karena sarana prasarana lainnya di Sula kebanyakan sudah tersedia baik Kantor Bupati, Kantor DPRD, Kantor SKPD, Isda, Perumahan Dewan, sebagian besar infrastruktur jalan, jembatan, lapangan terbang, pelabuhan, jaringan listrik, jaringan internet, dermaga, sekolah, rumah sakit, Puskesmas, Polindes, dll; sudah tersedia dengan baik. Dengan demikian Sula memiliki harapan untuk maju, mandiri dan sejahtera karena selain kita memiliki sarana prasarana tersebut di atas Sula juga memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni, ketersedian Sumber Daya Alam (SDA) yang belum dikelola, sumberdaya pariwisata, sumberdaya pertanian dan perkebunan, kekayaan ikan yang berlimpah, sumberdaya budaya dan jasa.
Dengan demikian, kedepan potensi Sula tersebut harus digerakkan untuk memajukan dan mensejahterakan Sula, caranya yakni: Pertama, harus membangun infrastruktur jalan, jembatan, lapang terbang, dermaga, jaringan listrik, jaringan internet, air bersih yang memadai pada umumnya di Sanana dan pada khususnya di Pula Mangoli, karena pulau Mangoli sampai saat ini sebagai besar masih terisolir. Padahal Pulau Mangoli memiliki potensi pertanian, perkebunan dan perikanan yang luar biasa. Jika infrastruktur tersedia maka akan memudahkan arus barang dan jasa dari desa ke kota begitu pulau sebaliknya. Pada akhirnya dapat mengsejahterakan masyarakat dan menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi daerah.
Kedua, putra-putri daerah terbaik, baik yang ada di daerah ataupun diluar daerah yang memiliki SDM baik di pemerintahan, perguruan tinggi, BUMN, dan BUMS. Jika mereka memiliki keinginan untuk mengabdi terhadap daerah, perlu diberikan peluang untuk mengabdi dalam rangka membangun Sula lebih baik. Selain itu, para pejabat Aparatur Sipil Negara (ASN) harus direkrut berdasarkan kompetensi, keahlian, kepangkatan dan golongan yang cukup dengan prinsip "menempatkan seseorang berdasarkan keahlian bukan faktor suka atau tidak suka". Selain itu, para pejabat harus disiplin, berkinerja tinggi, dan memiliki visi yang visioner yang diterjemahkan dengan visi-misi bupati-wakil bupati. Para pejabat harus membuat program dan proposal untuk diajukan ke pemerintah pusat, karena jika daerah hanya berharap dengan ABPD otomatis tidak cukup membangun pembangunan di daerah. Palingan APBD hanya untuk belanja pegawai dan belanja publik APBD tersebut habis.
Ketiga, perlu membuka investasi baik bagi investor nasional maupun internasional untuk mengelola SDA dan pariwisata di Sula. Agar para investor berani berinvestasi di Sula, pemerintah daerah harus membangun infrastruktur bandara Emalamo, Dermaga, Pelabuhan PELNI, Pelabuhan Petikemas dan Terminal Pelabuhan Kapal penumpang harus memadai dan berkualitas dengan rute pesawat dan kapal yang terjangkau. Selain itu, pemerintah daerah harus membuat regulasi yang memudahkan para investor untuk berinvestasi di daerah. Misalnya meringankan pajak, pelayanan yang tidak berbelit-belit, sarana pelayanan yang mudah dan terjangkau, tidak ada pungutan liar, dan tidak ada KKN. Pemerintah daerah harus melatih para pegawai dan masyarakat untuk ramah terhadap para investor dan tamu, serta menciptakan keamanan daerah yang aman dan damai. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi para investor, karena para investor berani berinvestasi di daerah salah satu jaminannya adalah daerah tersebut harus aman.
Keempat, sektor pendidikan terutama kualitas SDM masyarakat Sula harus ditingkatkan. Persaingan global saat ini bangsa yang kuat dan survive bukan karena SDA yang berlimpah tetapi karena SDM yang berkualitas. Negara Singapura, Amerika, dan China sudah membuktikan hal tersebut. Negara tersebut kurang memilik SDA bahkan tidak ada sama sekali, tetapi karena SDM berlimpah akhirnya mereka mampu membangun ekonomi negara, mampu mensejahterakan rakyat dan bahkan menjadi negara ekonomi terkuat di dunia. Karena dengan SDM yang berlimpah dan produktif akhirnya mereka hampir mengelola seluruh SDA yang ada di dunia termasuk kita Indonesia. Oleh karena itu, kedepan pemerintah Sula harus menyekolahkan putra-putri terbaik untuk mengambil magister S2 dan S3.
Selain itu, harus membangun sarana prasarana pendidikan yang berkualitas dan mendirikan Perguruan Tinggi Negeri yang berkualitas. Hal ini karena setiap tahun ribuan lulusan anak SMA, SMK, dan Aliya kebanyakan keluar daerah untuk melanjutkan studi S1 di luar daerah terutama di Ternate, Ambon, Manado dan Makassar. Namun tanpa kita sadari generasi muda Sula yang sekolah di negeri orang tersebut adalah pahlawan penyumbang PAD bagi daerah lain melaui hunian (tempat kos) tranportasi, makan minum dan biaya SPP. Jika Sula memiliki Perguruan Tinggi Negeri yang berkualitas maka kedepan orang tua akan menitipkan anak-anaknya di perguruan tinggi di Sula dan generasi muda Sula akan berkeinginan untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi di Sula, pada akhirnya PAD yang awalnya keluar ke daerah lain akan masuk ke Sula.
Kelima, Pemda Sula harus membangun sarana prasarana rumah sakit, puskesmas, dan polindes yang berkualitas. Yang didukung dengan ketersediaan para dokter dan tenaga medis yang memadai, serta obat-obatan yang terjangkau. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau. Agar dapat menurunkan angka kematian di Sula terutama ibu hamil dan anak-anak. Hal ini karena salah satu syarat daerah itu maju, jika kualitas kesehatan masyarakat baik dan angka kematian masyarakat terutama usia produktif harus menurun (berkurang). Keenam, sektor jasa, pariwisata, wisata budaya dan wisata agama harus dikembangkan, hal ini karena Sula secara geografis berdekatan dengan Taliabu, Ternate, Obi, Ambon, Namlea, Buru, dan Banggai. Jika sektor ini dikelola dengan baik dan profesional akan mendatangkan turis baik lokal, nasional maupun internasional. Pada akhirnya terbuka lapangan kerja di daerah, pengangguran dan kemiskinan berkurang dan menyumbang PAD bagi daerah.
Ketujuh, sektor pertanian, perkebunan dan perikanan harus dikelola dengan baik. Pemda sudah harus memberdayakan para petani dan nelayan secara profesional agar para petani dapat mengelola hasil pertanian, perkebunan dan perikanan dengan baik. Pemda juga harus berupaya agar harga hasil pertanian dan perkebunan pengusaha loka beli dengan harga yang tinggi minimal setara dengan harga di Bitung dan Luk. Hal ini bertujuan agar para petani jangan lagi menjual hasil pertanian dan perkebunan di Bitung dan Luk cukup menjualnya di Sula. Karena ketika para petani menjual hasil pertanian di Bitung dan Luk otomatis PAD masuk ke daerah lain, Sula tidak mendapatkan apa-apa. Sula hanya dijadikan sebagai lumbung hasil pertanian, perkebunan dan perikanan tapi yang menikmati adalah daerah lain.
Selain itu, pemerintah daerah harus mendorong ketersedian industri dan UMKM pertanian, perkebunan dan perikanan serta UMKM lainnya di Sula bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Pelabuhan perikanan dan pabrik es juga harus dibangun, hal ini bertujuan agar para nelayan mudah untuk memasarkan hasil tangkapannya dan memudahkan untuk mendapatkan es, agar hasil tangkapan ikannya tidak cepat rusak.Jika program-program tersebut dilaksanakan secara baik dan dikelola secara profesional maka para petani, nelayan dan masyarakat pada umumnya akan sejahtera karena lapangan pekerjaan tersedia.Jika lapangan pekerjaan tersedia akan berkurang pengangguran dan kemiskinan di Sul, pada akhirnya menyumbang PAD bagi daerah**(red)
Tidak ada komentar