Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Halut Jumar Mafoloi SH KoranMalut.Co.Id - Memasuki empat bulan ditengah ancaman hidup oleh Corona virus d...
KoranMalut.Co.Id - Memasuki empat bulan ditengah ancaman hidup oleh Corona virus desiase (Covid 19) yang menyerang bangsa negara Indonesia hingga mengakibatkan pada krisis hidup dari berbagai aspek. Tak tanggung tanggung virus berbahaya ini, selain menimbulkan krisis aspek kehidupan, virus tersebut juga mampu menyandra negara diberbagai sendi kebijakan.
Berbagai upaya penanganan dan pencegahan dilakukan pemerintah maupun pemerhati sosial lainnya, namun virus tersebut kian mengganas. Bahakan setingkat Presiden RI Joko Widodo pun mengeluarkan Peraturan Presiden Pengganti Undang Undang (PERPPU) hingga menjadi UU tentang percepatan penanganan dan pencegahan Covid 19, tetapi masih terlihat belum mengurangi angka penurunan kasus. Mirisnya setiap hari angka positif dan meninggal terus bertambah, meski begitu angka kesembuhan masih meningkat dibanding yang meninggal hal ini sebagai fitamin kehidupan bagi rakyat yang kian panik. Selain itu, pemerinta juga sebagai otoritas berwenang telah menerapkan PSBB sebagai pembatasan sosial destancing. tetapi hal ini masih belum efektif lantaran ketidak patutan dan ketaatan terhadap aturan yang dibuat pemerintah.
Kepanikan terus menghantui Rakyat, akibat dari itu, melemahnya sektor pendapatan perkapita. Kondisi ini, bahkan dirasakan umat Islam tengah menunaikan ibadah puasa hingga polemik sholat Idul Fitri di masjid atau dirumah, meski fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan pedoman menjalankan ibadah ditengah pandemi, namun tidak di taat dan dipatuhi sebagian besar masyarakat. Banjir kritikan dari berbagai pihak terhadap pemerintah pun terus berdatangan. Mulai dari kritik terkait penerapan PSBB yang tidak maksimal dan konsisten. Ditambah fasilitas penanganan Covid 19 mulai dari APD, ruang isolasi, alat penyemprotan desinfektan, hingga kualitas APD dan alat penanganan, masih jauh dari harapan, dan terus mendapat sorotan dari masyarakat.
Betapa tidak dengan kondisi bangsa yang sudah terkepung Covid 19 ini, sungguh diluar perkiraan. Betapa tidak, Rakyat mulai menjerit, akibat khawatir tidak bisa bertahan hidup, dari kebutuhan yang kian merenggut nyawa. Banyak rakyat mulai dari Tukang Ojek, Sopir Angkut, Nelayan, para pelaku Usaha, dan pedagang serta lainnya mulai kehilangan pendapatan. Belum lagi persoalan agama yang ikut terbawa menambah kerumitan melawan Covid 19.
Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, mestinya kita tahu bahwa pesan untuk selalu menjaga kebersihan sebenarnya telah disampaikan oleh Rasulullah SAW sekitar 14 abad yang lalu, baik melalui ucapan maupun teladan langsung dari Nabi Muhammad SAW. Tujuanya agar umat manusia menjadi orang yang sehat dan kuat, baik jasmani maupun rohani. Dalam sebuah hadis disebutkan: “Seorang mukmin yang kuat fisik, mental, jiwa, raga, lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah serta pada keduanya ada kebaikan.” (HR Muslim)
Dari fenomena yang kian memburuk itu, menimbulkan berbagai pertanyaan. Sudahkah masyarakat sadar untuk melawan virus itu.?. bagaimana masyarakat muslim terbesar di dunia itu, mengikuti teladan Rasulullah saat melawan Wabah menular dimasanya.?, Apa solusi yang ditawarkan Rasulullah Muhammad SAW. Selama menghadapi wabah.?. apakah Pemerintah mengikuti teladan Rasull.?, Pertanyaan tersebut tentunya secara sepenuhnya rakyat maupun pemerintah Indonesia sebagai basis muslim terbesar di dunia belum menerapkan secara total cara penanganan wabah, baik itu mulai dari anjuran hidup sehat dan strategi melawan Covid 19.
Dari masalah diatas tentunya masyarakat sendiri belum sadar akan peristiwa penting yang diteladani Rasulullah saat melawan wabah menular. Hal ini, dilihat masyarakat belum sepenuhnya mematuhi anjuran hidup sehat dan menaati peraturan pemerintah sosial distacing dengan tidak berkerumunan dan tetap dirumah dengan pola hidup sehat selama masa pandemi. Padahal Rasulullah sebagai utusan dan teladan Umat Islam sebagai penduduk terbanyak itu, akan tetapi hanya sebagian kecil yang diterapkan. Disisi lain, dengan adanya virus ini, tentunya menjadi pelajaran hidup bagi umat muslim untuk hidup sehat agar terhindar dari berbagai penyakit, maupun virus menular.
Meski Nabi Muhammad SAW bukan seorang dokter, beliau atas bimbingan Allah SWT selalu mengingatkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan. Caranya, kita bisa aktif melakukan aktivitas membersihkan diri dan lingkungan sekitar tetap bersih. Bisa juga hal ini dilakukan dengan cara pasif, yakni tidak mengotori lingkungan sekitar dengan cara berdiam diri. Praktik ini, Ketika Rasul menghadapi wabah penyakit yang mematikan, Rasulullah "mengingatkan, Tha'un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala menguji hamba-hambanya dari kalangan manusia. Maka, apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya." (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
Selain itu, Rasulullah juga menganjurkan untuk isolasi bagi yang sakit dan sehat. Agar penyakit yang dialami tidak menular untuk yang lain. Hal ini sebagaimana hadis: "Janganlah yang sakit dicampur baurkan dengan yang sehat." (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Dengan demikian, penyebaran wabah penyakit menular dapat dicegah dan diminimalisasi. Anjuran inilah yang sekarang dikenal dengansocial distance, yakni suatu pembatasan untuk memutus rantai penyebaran wabah Covid-19. Caranya adalah jauhi kerumunan, jaga jarak, dan di rumah saja. Kegiatan social distance tak hanya dalam muamalah seperti pendidikan, ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, pemerintahan, dan sebagainya yang langsung berhubungan dengan sesama manusia, tetapi juga dalam ibadah.
Hadist diatas juga seperti shalat berjamaah di masjid boleh diganti dengan salat di rumah. Shalat Jumat pun boleh diganti dengan salat Zhuhur di rumah, guna menghindari wabah penyakit. Inilah yang kemudian dalam hadis dijadikan kaidah fikih, "la dharara wala dhirar; ", tidak boleh berbuat mudarat dan hal yang menimbulkan mudarat' (HR Ibn Majah dan Ahmad ibn Hanbal dari Abdullah ibn 'Abbas), dijadikan pedoman untuk menghindari mudarat yang lebih besar.
Bahkan Nabi Muhammad juga sangat mendorong umatnya mematuhi praktik higienis. Seperti gaya hidup sehat akan membuat orang tetap sehat dan aman dari infeksi. Karena itu, dikatakan dalam hadis: “Kesucian itu sebagian dari iman.” Di antara cara menjaga kesucian adalah mencuci tangan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis: “Barang siapa tertidur dan di tangannya terdapat lemak (kotoran bekas makanan) dan dia belum mencucinya, lalu dia tertimpa oleh sesuatu, janganlah dia mencela melainkan dirinya sendiri.” (HR Abu Daud).
Tak hanya itu, bahkan Dalam hadis lain, dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seseorang dari kalian berwudhu, hendaklah memasukkan air ke dalam hidung, kemudian menyemburkannya. Siapa saja yang ber-istijmar bersuci menggunakan batu, hendaklah mengganjilkan. Jika seseorang dari kalian bangun dari tidur, maka hendaklah mencuci kedua telapak tangan sebelum memasukkannya ke dalam bejana tiga kali. Maka, sesungguhnya seseorang dari kalian tidak mengetahui ke mana tangannya bermalam." (HR Bukhari).
Hal diatas menjelaskan upaya preventif yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya wabah penyakit termasuk penyebarannya, yakni menjaga kebersihan, isolasi, dan cuci tangan. Namun, terkadang, penyakit tetap saja datang menyebabkan terjadinya sakit. Sehingga, harus ada upaya kuratif untuk mengatasi, agar bisa sembuh dari penyakit wabah. Upaya kuratif yang dilakukan, sebagaimana disarankan oleh Rasulullah Muhammad SAW, adalah berobat. Terbukti bahwa penyakit akibat Covid-19 bisa disembuhkan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis: "Aku pernah berada di samping Rasulullah SAW. Lalu, datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, 'Wahai, Rasulullah, bolehkah kami berobat?' Beliau menjawab, 'Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab, Allah tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.' Mereka bertanya, 'Penyakit apa itu?' Beliau menjawab, 'Penyakit tua.'" (HR Ahmad, Bukhari dalam al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan at-Tirmidzi).
Melihat situasi ancaman covid 19 penyebarannya begitu cepat, sementara di sisi lain fasilitas layanan kesehatan yang ada terbatats, dan masih belum memadai seperti ruangan isolasi, peralatan medis, tenaga medis, dan vaksin. Ditambah ketidak patutan masyarakat menaati aturan PSBB dan Sosial Distiance serta masyarakat yang belum menyadari, maka yang paling efektif adalah menjaga kesehatan diri kita sendiri, dan berobat sesuai anjuran Rasullullah. Sebab Hal itu lebih mudah, murah, dan efisien. Setidaknya dengan menjaga kesehatan diri, resiko yang mungkin akan timbul akan berkurang serta cara tersebut juga dapat membantu meringankan sesama. Oleh Karena itu, menjaga kebersihan diri, keluarga, dan masyarakat sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad SAW, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, tetap melakukan aktivitas dari rumah, menaati anjuran pemerintah sebagai otoritas yang berwenang, serta berdoa agar terhindar dari penyebaran penyakit menular merupakan ikhtiar yang bisa kita lakukan untuk mencegah agar terhindar dari wabah sebaran Covid-19.
Harapan setiap masyarakat baik itu Indonesia maupun seluruh negara yang terpapar Covid 19 agar kondis pandemi ini segera berakhir untuk kembali hidup normal. Untuk itu, mewujudkan harapan itu, hanya dengan mematuhi serta taat kepada instrumen kesehatan dari Pemerintah sebagai otoritas wewenang, dan sebagai umat Muhammad tentunya kita harus mengikuti teladan yang dicontohkan Rasull dalam menghadapi wabah. Seperti Hadist Nabi bersabda "barang siapa yang mengikuti sunahku dan Quraan maka ia selamat dunia dan akhirat"(Hadist riwayat Muslim/ Bukhari).**(red/km).