Grid

GRID_STYLE

Breaking News

latest

Pilkada Haltim Praktekan Politik Belah Bambu

KoranMalut.Co.Id - Gong pemilu kada telah di bunyikan. Politik belah bambu kerap kali di mainkan sebagai salah satu strategi untuk memenan...

KoranMalut.Co.Id - Gong pemilu kada telah di bunyikan. Politik belah bambu kerap kali di mainkan sebagai salah satu strategi untuk memenangkan pilkada.

Apakah politik belah bambu itu...?
Menurut Helmi Abu Bakar El-Langkawi.
Politik belah bambu merupakan sebuah strategi yang digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan melalui upaya menempatkan lawan politik, kompetitor atau saingannya berada pada posisi di bawah yang terinjak, sementara di bagian lain mengangkat pihak yang mendukungnya. Sebagai manusia biasa maka wajar bila hal ini terjadi, atau dilakukan apalagi dalam area politik.

Menarik memang ungkapan PBB dan itu merupakan salah satu praktek dalam konteks sama-sama berbuat salah, tetapi satu diangkat atau dipuji sedang satunya diinjak ataupun dihinakan. Berdasarkan paparan tersebut realita dalam masyarakat aksi politik demikian kerap menjadi tontonan sehari-hari dalam pencaturan politik yang terkadang memuakkan.

Padahal kalau kita sedikit merunduk dalam kacamata, tentu saja sikap jujur dan adil dalam berpolitik menjadi acuan dan pegangan. Maka alangkah mulianya model politik ini yang pada capaiannya adalah untuk kebaikan publik. Tetapi terkadang yang nampak dan terpahami dari fenomena dalam masyarakat proses PBB itu memang karena kepentingan personal, inilah yang mendorong libido politisi untuk melakukan politik belah bambu.

Melihat begitu banyak Tim sukses melakukan kampanye dan memulai memamerkan kandidatnya melalu media sosial, namun tidak sedikit juga akun facebook yang menjual kandidat nya masih kerap kali melakukan strategi belah bambu. Rakyat kemudian di paksakan memilih bukan untuk menentukan pilihan.

Hujatan terus mengalir pada dinding akun facebook entah apa yang di pikirkan oleh TIM pada pilkada Haltim 2020 kali ini. informasi  disajikan lalu kemudian Rakyat kecil di suruh menilai mana cakada yang peduli terhadap kepentingan Rakyat.

Rakyat dipaksa untuk memilih melalui postingan di akun-akun facebook.

Masing-masing Tim selalu mengatakan Si A lebih baik dari pada si B. padahala Rakyatlah yang berhak menetukan siapa pemenang dalam kontes 5 Tahunan itu.
Setiap kali terjadi percaturan politik rakyat selalu di jadikan tumbal kemasan politik.

Jika kita mengamati setiap postingan di salah satu group Halmahera Timur memilih. tidak ada yang namanya edukasi  dalam politik itu sendiri, yang ada hanyalah kemasan hujat menghujat..

Harusnya yang di posting itu tentang program kerja, bukan siapa salah dan benar.
Jangan gadaikan nuranimu hanya untuk meraih kekuasaan.

Apakah Defenisi politik itu..?, Penulis meminjam salah satu tokoh yang punya pandangan terkait dengan politik itu sendiri.
Menurut Hans Kelsen Terdapat dua definisi politik, diantaranya :

Politik sebagai etik, berkenaan dengan tujuan manusia atau  juga individu supaya tetap hidup dengan secara sempurna.

Politik sebagai teknik, berkenaan dengan cara (metode) manusia atau juga individu dalam mencapai tujuan.

dari kedua defenisi di atas apakah metode belah bambu ini menjadi satu-satunya starategi untuk mencapai tujuan dari kekuasaan..?

Hujatan demi hujatan masih berhamburan di dinding-dinding facebook. setiap kali postingan yang berhubungan dengan cakada 2020 semuanya di anggap pencitraan lalu bagaimana rakyat tahu mana pemimpin yang peduli dan pro terhadap rakyat. Masing-masing TIM mengaku mereka dan kandidat mereka yang Paling pro rakyat padahal strategi belah bambu mereka gunakan.

Setiap postingan yang di posting pada akun akun facebook ada secamam ada ketidakruntunan logika dalam menyampaikan, apa sih yang mereka pikirkan ketika informasi itu di publis..? Mau sampai kapan daerah ini di bangun dengan sentimen..? bukankah setiap orang memiliki kelemahan dan kelebihan...!!

Masih banyak dari kita yang lalai,lupa bagaimana tugas kita untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Kita terlalu sibuk mengatur stratak politik  sampai-sampai kita lupa ada problem mendasar yang terjadi hampir setiap hari pada rakyat Haltim.

Konflik dalam kontestasi politik kerap kali tidak bisa di hindari, Rakyat selalu jadi korban dalam janji-janji politik pada pilkada.
Sudah saat nya kita merubah pola pikir kita agar bagaimana masyarakat kita terangkat derajat hidup dalam konteks ekonomi. kita harus mampu menepis atau menekan angka politik belah bambu ini sehingga tidak berkepenjangan.

Untuk itu saya mengutip salah satu tulisan yang di sajikan oleh Saudara Tarwin Idris, SH pada salah satu media cetak malut post edisi sabtu tanggal 8 Februari 2020 Opini tentang : Penyelenggara berintegritas melahirikan demokrasi yang berkulitas, dan demokrasi yang berkualiats melahirkan pemipimpin yang berintegritas”  

Pesta demokrasi lima tahuna kembali dihelat pada tingkat daerah, kurang dari 270 daerah yang akan menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Sedangkan untuk wilayah Maluku Utara sendiri akan dilaksanakan pada 8 kabupaten/kota yakni Halmahera Utara, Halmahera Barat, Halmahera Timur, Halmahera Selatan, Kepulauan Sula, Pulau Taliabu, dan Ternate, serta Tidore Kepulauan. Tahapan untuk penyelenggaraan pilkada serentak 2020 pun telah berjalan mulai dari penjaringan penyelenggara ed hoc tingkat kecamatan, Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), dan Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kabupaten/Kota dengan harapan masyarakat proses penjaringan yang transparan dan megedepan nilai intergritas bukan pada relasih. (Tarwin Idris. SH)

Kiranya Bawaslu Haltim,dan jajaran pada tingkat bawah serta KPU Kab. Haltim pada momentum Pilkada 2020 ini bisa menjaga jalan nya pilkada Haltim lebih bermartabat dan kiranya kita bisa bersama-sama menekan angka konflik dalam perhelatan pemilu kada nanti.

Closing Statement. Ciptakanlah pilkada yang berdaulat bukan biadap.
Berhentilah menjadikan Rakyat sebagai korban dalam momentum politik. biarkanlah rakyat memilih siapa pemimpinnya.**(ian)