Grid

GRID_STYLE

Breaking News

latest

Dinkes Kota Ternate Lakukan Monev Kegiatan Pokja TBC

Peserta Kegiatan Monev TBC Dinkes Kesehatan Kota TERNATE, KoranMalut.Co.Id -  Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ternate melakukan Kegiatan m...

Peserta Kegiatan Monev TBC Dinkes Kesehatan Kota
TERNATE, KoranMalut.Co.Id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ternate melakukan Kegiatan monotoring dan evaluasi pokja program pengendalian dan pencegahan Tuberculosis (TBC), ini dilakukan untuk mencega penyakit yang terjadi pada masyarakat kota terenate yang diketahui Tuberculosis (TBC) sendiri masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan menjadi tantangan global. Kegiatan tersebut, di Pusatkan di Aula Dinas Kesehatan Kota Ternate Kecamatan Ternate Utara  pada tanggal 20-21 Mei 2019.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Ternate dr. Fathiyah mengatakan, TBC merupakan penyebab kematian ke-9 di dunia dan penyebab utama agen infeksius tunggal dengan peringkat di atas HIV/AIDS.

“Saat ini Indonesia berada di 3 negara terbesar di dunia sebagai penyumbang penderita TB setelah India dan China dengan estimasi insiden sebesar 842.000 kasus dan mortalitas 44 per 100.000 penduduk atau 15 orang per jam,” Kata Kadis Kesehatan dr. Fathiyah Selasa (21/5)

Menurutnya, Dalam Rencana Strategi Nasional 2016-2020, terdapat enam strategi utama yang diperlukan untuk mencapai target diantaranya, Penguatan Kepemimpinan Program TB di Kabupaten/Kota.

“Peningkatan Akses Layanan “TOSS-TB” yang mencakup active case finding dan intensifikasi kolaborasi layanan, Pengendalian Faktor Risiko,  Peningkatan Kemitraan melalui Forum Koordinasi TB, Peningkatan Kemandirian Masyarakat dalam Penanggulangan TB dan  Penguatan manajemen program melalui penguatan Sistem Kesehatan,”Ujarnya.

Lanjutnya, Strategi ini yang dimaksudkan untuk menjawab tantangan target Sustainability Development Goals (SDGs) tahun 2030 adalah mengakhiri epidemi TB, yaitu mencapai penurunan 90% kematian akibat TB dan penurunan insidens TB 80% dibandingkan tahun 2015.di tingkat Nasional.

“Karena, TB merupakan salah satu program yang diangkat dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional yang dilakukan pada 5-8 Maret 2019,”Katanya

Meski begitu, dr. Fathiyah Mengaku, Pada pertemuan tersebut, Menteri Kesehatan mengarahkan agar target eliminasi TB di Indonesia dapat dipercepat tercapai di tahun 2030.

“Oleh karena itu diperlukan koordinasi antara pelaksana kegiatan TB di pusat dan daerah serta dukungan lintas program dan lintas sektor agar target tesebut tercapai. Tahun 2019 estimasi insiden diperkirakan sekitar 4188 kasus atau  kasus / 100.000 penduduk. Epidemik HIV menunjukkan pengaruhnya terhadap peningkatan epidemik Tuberculosis (TB) di seluruh dunia yang mengakibatkan meningkatnya kasus TB di masyarakat,” Aku Fathiyah

Sebelumnya, Tahun 2018 estimasi insiden Maluku Utara diperkirakan sekitar 5,114 kasus dimana capaian CDR 52 %. Untuk penemuan kasus yang tertinggi berada di Kota Tidore Kepulauan  83 % dan yang berada di urutan ke dua Kota Ternate 67 % (678 kasus) dengan perkiraan insiden 1000 kasus.
Sedangkan untuk kasus HIV di Maluku Utara  dari tahun 2004-2018 terdapat 1261 kasus untuk kasus terbanyak terdapat di Kab. Halmahera Utara 485 orang  dan kedua di Kota Ternate dengan jumlah kasus 426 orang.
Kegiatan kolaborasi TB-HIV di Indonesia dilaksanakan sesuai tatalaksana pengendalian TB dan HIV yang berlaku saat ini dengan mengutamakan berfungsinya jejaring diantara fasilitas pelayanan kesehatan. Perencanaan bersama antara program TB dan HIV dibutuhkan untuk melaksanakan kolaborasi TB-HIV yang optimal dalam menetapkan peran dan tanggung jawab masing-masing program meliputi pelaksanaan, perluasan layanan, serta monitoring dan evaluasi aktivitas kolaborasi TB-HIV di setiap tingkatan.

Masalah kesakitan dan kematian akibat penyakit TB dan HIV/ AIDS di Kota Ternate  terus meningkat untuk itu perlu dilaksanakan upaya penanggulangan yang lebih intensif serta diperlukan  strategi  melalui program-program Penguatan Sistem Layanan Kesehatan Masyarakat terkait TB serta HIV dan AIDS maka diperlukan Sumber Daya Manusia yang handal, berdedikasi dan profesional dalam menangani kasus-kasus tersebut. Dimana telah terbentuk POKJA TB-HIV guna mengurangi beban penyakit TB dan HIV dan perlu dilakukan monitoring dan evaluasi.**(jay)