Menurut data BPS ada sekitat 1.128 suku bangsa yang ada di Indonesia, tersebar dari Sabang sampai Merauke. Kurang lebih 546 bahasa dan sub...
Maluku Utara adalah Provinsi dengan ragam budaya, suku, ras dan agama. Puluhan suku bangsa mendiami provinsi ini. Agama-agama besar dunia berkembang di zasirah maloku kie raha. Dari sekian banyak suku/etnis ada beberapa etnis yang mengambil peran penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Sebut saka etnis Bugis-Makassar, Jawa, Buton dan Gorontalo yang mendominasi sektor perekonomian. Di lapangan politik suku/etnis lokal terdepan dalam menginterfensi politik dengam semangat identitas (putra daerah). Suku/Etnis Makian-Kayoa, Togale, Tidore, Ternate, Sula dan rumpun Fagogoru mendominasi politik lokal di provinsi Maluku Utara.
Menjelang pilkada (Pemilihan kepala daerah) politik identitas (populisme) kembali mengemah dan menjadi senjata ampuh oleh seluruh konstestan/peserta pilkada. Padahal pilkada bukan hanya sekedar memilih pemimpin dengam latar belakang identitas, tapi lebih dari itu, pilkada harus memilih pemimpin berdasarkan programatik yang di tawarkan lewat Visi-Misi para Kandidat. Pilkada adalah mekanisme politik untuk membuat daerah/bangsa lebih baik, lebih maju agar semakin dekat dengan cita-cita Nasional : "Masyarakat Adil dan Makmur".
Namun lagi-lagi politik identitas tampil terdepan sebagi isu dan senjata ampuh para kandidat dan tim suksesnya, mengalahkan isu program-program hasil jabaran dari visi-misi mereka.
Politik Identitas/populisme beberapa tahun terakhir menjadi tren di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia (Maluku Utara). Di Eropa kebangkitan politik Identitas di tandai dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa di kenal dengan slogan Brexit (Britanian Exit). Semangat Brexit adalah semangat anti Imigran dari luar eropa. kemenangan Donald Trump di Amarika menandakan politik identitas/pipulisme bangkita dan berjaya di negara Amerika, di mana setiap berkampanye Trump dengan tegas membawa isu SARA dengan menyerang salah satu Agama (Islam).
Kemenangan Anis-Sandi di pigub DKI merupakan contoh kecil, bahwa politik identitas masi menjadi senjata ampuh untuk mengalang dukungam dan menyerang lawan-lawan politiknya. Politik identitas merupakan jalan pintas para kandidat peserta pilkada untuk menghindari tuntutan penjelasan ilmiah soal program-program yang di usung para kandidat. Misalanya masalah Budaya, Sosial Ekonomi dan politik tidak terlalu penting, yang terpenting ya masalah Identitas sang kandidat. Politik identitas hanya bermain pada pada wilayah emosi pemilih, bukan pada pilihan-pilihan pilitik yang kritis sesuai dengan program yang di usung.
Pembodohan politik dengan mengakat isu SARA (Suku, Agama, Ras), dapat merusak bangunan bangsa kita. Bangsa indonesia di bangun di atas pondasi kebergaman suku bangsa. Bagitu juga maluku utara di bangun di atas pondasi kebergaman etnis dan agama. Moloku kie raha adalah bukti nyata kalau kita ("Maluku" utara) pernah berjaya di atas pondasi perbedaan.
pesan Soekarno pada pemilu tahun 1955 ; jadikan pemilu sebagai ajang konsolidasi nasional, "Pilihlah orang-orang yang benar-benar mengabdi pada rakyat indonesia, pada tanah air indonesia, bukan pada diri sendiri, kelompok atau kepentingan asing".
Mari kita jadikan pilkada Maluku Utara sebagai ajang politik, dengan memilih pemimpin berdasarkan Programnya. Bukan berdasarkan latar belakang Suku, Agama dan Ras (SARA).
Penulis : Saiful Amirullah (Aktivis PRD Malut)